Hari UMKM Internasional yang jatuh pada 27 Juni 2019, mendapat apresiasi pemerintah dan pihak-pihak yang aktif dan peduli dalam ranah tersebut. Kementerian Koperasi dan UKM bersama Moka (startup penyedia sistem kasir digital Indonesia) menyelenggarakan forum interaktif, berbagi data dan analisa tren bisnis untuk para pelaku UKM dalam program A Cup of Moka bertemakan “Kelola Data dan Analisis Penjualan dan Rancang Strategi Lebih Cekatan,” di Jakarta, Selasa (25/6).
Bertindak sebagai panelis diantaranya Sekretaris Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kemenkop dan UKM, Devi Rimayanti, menyatakan bahwa keberadaan UMKM di Indonesia tak bisa dianggap enteng. Sebab sesuai data Kementerian Koperasi dan UKM jumlahnya mencapai 64.1 juta unit usaha pada akhir 2018. Mereka merupakan pelaku usaha industri UMKM yang berkontribusi terhadap PDB Nasional pun tidak kecil, yakni mencapai 60.34%. “Ini adalah bukti nyata bahwa keberadaan industri UMKM di Indonesia telah menjadi perhatian khusus di mata dunia,” ungkap Devi.
Untuk itu agar pelaku UMKM kuat, tangguh dan mandiri, ia berharap mereka harus bergabung dalam satu wadah komunitas atau membentuk koperasi, alias tidak jalan sendiri-sendiri. Dengan begitu imbuh Devi, segala urusan pengadaan bahan baku bisa disiapkan oleh komunitas atau koperasi tersebut. Begitu pula dengan pemasaran hingga kebutuhan permodalan untuk meningkatkan kapasitas usahanya.
Devi menambahkan untuk membantu para UMKM tersebut, Kemenkop dan UKM pun telah menggulirkan beberapa program. Diantaranya, promosi lewat pameran, masuk marketplace hasil kerjasama dengan Kemenkop dan UKM, pelatihan e-Commerce, hingga sertifikasi HAKI bagi yang ingin meningkatkan kualitas. “Akses pasar bagi UMKM amat penting dan vital. Tanpa pasar untuk apa melakukan produksi. Produksi tanpa pasar juga UMKM bakal mandeg,” tandas Devi.
Termasuk bagi UMKM yang ingin mendapatkan tambahan modal, imbuh Devi sudah disediakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan dana bergulir dari LPDB KUMKM, dengan bungan sangat murah. “Intinya, kami akan terus mendorong agar pelaku UMKM naik kelas. Yang mikro naik kelas menjadi kecil, yang kecil menjadi menengah, dan menengah menjadi besar,” jelas Devi lagi.
Yang pasti, lanjut Devi, bagi para UMKM yang ingin mengakses aneka program pemberdayaan KUMKM dari Kemenkop dan UKM, selain bisa datang langsung ke kantor Kemenkop dan UKM, juga dapat melalui website dan media sosial yang dimiliki Kemenkop UKM seperti Facebook.
Adapun Bayu Ramadhan Vice President Brand and Marketing Moka, mengungkapkan, bahwa di Indonesia masih sedikit pelaku UMKM yang telah mengadopsi teknologi. Padahal, kontribusi dan potensi mereka sangat besar bagi roda perekonomian Indonesia. Kata dia jumlah UMKM yang melek digital masih berada di bawah angka 20% dari jumlah totalnya. “Padahal pemanfaatan teknologi dapat menghasilkan banyak data yang merupakan aset berharga untuk diolah menjadi wawasan baru,” tutur Bayu.
Masih jelas Bayu, peranan Moka mengedukasi UMKM untuk menganalisa semua data tentang bisnis mereka. Mulai dari penjualan, produk, pola kebiasaan pelanggan, hingga inventaris mereka. Mengingat dari hasil data-data tersebut imbuh Bayu, dapat menghasilkan insight yang bisa menjadi bekal bagi para pelaku UMKM untuk bersaing dengan perusahaan besar.
Misalnya kata dia, Moka kini menyediakan aplikasi Point of Sale (POS) dengan berbagai fitur yang memudahkan pelaku bisnis, serta berbagai macam produk yang mendukung kemudahan bisnis seperti Moka Mobile Payment, Moka Capital, dan Moka App Marketplace. “Di Moka, menjalankan usaha bisa dilakukan dengan mudah. Dengan melihat kebutuhan UKM dan juga pelaku bisnis lainnya, Moka menyediakan end-to-end solutions yang dapat digunakan untuk menunjang pelaku bisnis baik dari meningkatkan penjualan, sampai dengan meningkatkan skala bisnis. Moka telah dipercaya lebih dari 18.000 bisnis pada lebih dari 200 kota dan kabupaten di Indonesia,” jelas Bayu.
Sedangkan Direktur Pigeonhole Coffee, Rifqi Rianputra, mewakili salah satu pelaku usaha yang sukses menjalankan bisnis melalui pemanfaaan data dan teknologi, mengungkapkan, bila ingin memproduksi sesuatu, harus sudah dipastikan bahwa sesuatu itu merupakan kebutuhan konsumen. Ia pun berharap para pelaku UMKM, atau wirausaha pemula harus terjun langsung dalam melakoni usaha.
“Soal data juga tak bisa dianggap remeh, terlebih mengenai usaha kita. Misalnya, data stok barang hingga data pemasaran kita. Kita harus memiliki data-data seperti itu. Kita harus melihat data terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu,” pungkasnya
Recent Comments