Banyak cara untuk mengangkat ekonomi rakyat. Hal ini terus dilakukan pemerintah, terutama instansi atau lembaga yang menangani pembinaan terhadap koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengan (UMKM). Khusus sarung yang merupakan hasil budaya sendiri giliran mendapatkan perhatian.

Bukan tanpa sebab, mengingat industri yang digeluti para UKM ini bukannya berkembang malah padam. Setidaknya para pelaku usaha persarungan di daerah-daerah anyak yang mandeg. Misalnya di daerah Majalaya, Bandung ratusan usaha sarung tenun skala UKM banyak yang tutup.

Nah melihat hal ini sehingga ada niat baik pemerintah untuk kembali menggairahkan industri sarung dalam waktu dekat akan digelar festival sarung. Dengan diprakarsai Kementerian Koperasi dan UKM, bersinergilah sembilan kementerian atau lembaga akan menggelar Festival Sarung Indonesia 2019. Acara yang pemukaanya akan dilakukan oleh Presiden Joko Widodo akan digelar pada tanggal 3 Maret di Gelora ung Karno (GBK). Tanggal tersebut juga akan ditetapkan sebagai Hari Sarung Nasional dan diresmikannya Rumah Sarung Indonesia (Rusari).

Festival sarung Indonesia yang merupakan bagian dari gerakan warisan budaya khas Indonesia. Menurut Emilia Suhaimi, Direktur LLP-KUKM atau yang dikenal dengan branding smesco INDONESIA, sarung sudah mulai ditinggalkan khususnya dari kalangan generasi milenial. Maka momentum festival dan pameran sarung ini diharapkan akan mengajak kawula muda kembali mengandrungi sarung. Untuk itu dalam gelaran tersebut akan melibatkan kalangan milenial untuk mempromosikan sarung sebagai salah satu warisan budaya Indonesia.

“Festival sarung Indonesia akan diresmikan oleh Presiden RI dan juga akan ditetapkan sebagai Hari Sarung Nasional, dan akan diresmikan juga Rumah Sarung Indonesia (RUSARI),” jelasnya kepada wartawan di Kementerian Koperasi dan UKM, Rabu (13/2).

Emilia berharap, festival ini mampu mentransformasi sarung sebagai trendsetter dan gaya hidup modern bagi generasi milenial. Festival Sarung Indonesia ini imbuh dia, juga akan berdampak pada pemberdayaan ekonomi kerakyatan, khususnya para UKM perajin sarung.

“Sebagai bagian dari budaya khas Indonesia maka produk sarung harus terus ditingkatkan. Caranya agar budaya berbusana sekarang tidak terkesan kolot, tradisional dan kampungan, maka produk sarung harus mengikuti trend dan mode yang mengikuti selera generasi milenial,” ujarnya lagi.

Ia menambahkan, bagaimana mendekatkan sarung yang tadi kesannya kolot, kuno, pakainya di rumah saja dan buat sholat buat ke masjid saja, kini sarung harus didekatkan agar bisa menjadi gaya hidup milenial trendsetter yang disukai oleh kalangan muda.

Masih jelas Emilia, rangakaian kegiatan festival sarung Indonesia meliputi pasar rakyat, pameran sarung, fashion on the street berbasis sarung, karnaval sarung Indonesia, dan seminar dan serasehan sarung. “Pada gelaran itu akan kita dihadirkan sedikitnya 1.000 jenis sarung atau targetnya 1000 jenis sarung yang ada di nusantara ini,” ujar Emilia.

Terkait Rusari, kata dia, akan berada di gedung smesco INDONESIA dengan harapan menjadi sarana edukasi, promosi dan pemasaran sarung-sarung unggulan dari berbagai provinsi, dan menjadi pusat koleksi, atau khasanah dan referensi terbaik untuk mendapatkan sarung-sarung unggulan