Kongres Koperasi III yang digelar Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) di Phinisi Ballroom Grand Clarion Hotel Jl AP Pettarani Makassar selama dua hari (13-14 Juli 2017), menghadirkan Menteri Perencanaan dan Pembangunan Negara (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro sebagai nara sumber, atau pembicara.
Dihadapan 1.000 orang gerakan koperasi peserta kongres yang datang dari seluruh kabupaten dan kota di Indonesia, Bambang tanpa ragu mengatakan, tidak menyetujui lahirnya Badan Usaha Milik Desa (BUMdes) karena tumpang tindih dengan kehadiran koperasi.
“Maaf saya berbicara lintas kementerian. Namun pribadi, secara spesifik BUMdes itu koperasi. Namun, entah seperti apa yang dipikirkan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT, ” ujar Bambang memberi penjelasan tentang BUMDes, yang memang berbadan hukum PT (Perseroan Terbatas) dan bukan Koperasi.
Namun lanjut dia, di luar hal tersebut, koperasi dalam arah pembangunan nasional, diarahkan untuk mewujudkan koperasi sebagai penggerak perekonomian nasional yang berdaya saing dan berkelanjutan.
“Seperti peningkatan kontribusi ekspor koperasi dalam ekspor nasional, peningkatan partisipasi koperasi dalam pembangunan infrastruktur Nasional, peningkatan peran koperasi dalam keuangan inklusif, peningkatan peran koperasi dalam rantai produksi global, dan peningkatan sinergi koperasi dengan BUMdes,”kata mantan Menteri Keuangan itu.
Dari kelima arah tersebut, sinergi antara koperasi dan BUMdes sangatlah urjen. Entah itu mengubah ketentuan dengan mengharuskan BUMDes untuk memilih salah satu badan hukum yang ada sesuai aturan perundang-undangan yakni PT atau Koperasi.
“Atau memasukkan koperasi sebagai salah satu bentuk unit usaha dari BUMDes, karena secara mendasar Koperasi memiliki asas yang sama dengan BUMDes,” katanya.
Hadirnya BUMDes pada 2016 berdapak besar pada penurunan jumlah koperasi dan volume usaha. “Pada 2015 jumlah koperasi mencapai 212.135 dan volume usaha Rp 260 triliun. Namun setahun kemudian, jumlah koperasi turun menjadi 208.165 dan volume usaha hanya Rp 165 triliun,” kata Bambang. (Yan)