Purwokerto — Banyak yang dilakukan Kementerian Koperasi dan UKM dalam rangka memeriahkan peringatan Hari Koperasi Nasional (Harkopnas). Yang puncak acaranya digelar di GOR Satria Purwokerto, Banyumas, pada Jumat, (12/7).

Dari rangkaian agenda tersebut, salah satunya adalah menggelar kegiatan pelatihan peningkatan kapasitas SDM koperasi dan pelaku UKM. Pelatihan yang menghadirkan 205 peserta dari pelaku koperasi dan UKM di wilayah Kabupaten Banyumas ini, tujuannya tidak lain untuk menggelorakan semangat Hari Koperasi.

Menurut Deputi Pengembangan SDM, Kemenkop dan UKM, Rulli Nuryanto, mumpung semangat dan geloranya ada di Purwokerto, maka digelorakan yang lebih dalam lagi, yakni gelorakan melalui pelatihan yang tepat bagi kegiatan usaha yang peserta tekuni.

Saya meninjau langsung bagaimana semangatnya para peserta dalam mengikuti kegiatan itu. Sangat luar biasa dan interaksi peserta dengan nara sumber juga sangat bagus. Mudah-mudahan kegiatan ini menjadi inspirasi bagi mereka dalam meningkatkan usahanya,” ujar Rulli Nuryanto di Purwokerto, Banyumas, Jateng, Jumat (12/7).

Rulli menambahkan, setidaknya ada empat jenis pelatihan yang diadakan, yakni pelatihan vokasional, pelatihan perkoperasian, pelatihan kewirausahaan dan pelatihan dan uji kompetensi bidang ritel koperasi. Untuk masing-masing pelatihan diikuti oleh 30 peserta. Selain pelatihan juga diadakan workshop technopreneur sebanyak 85 peserta.

Masih kata dia, peserta yang ikut ada yang sudah terjun langsung, ada yang baru mulai dan akan memulai. “Mudah-mudahann mereka yang akan mulai, ke depannya menjadi wirausahawan, yang baru berjalan bisa lebih berkembang dan, yang sudah berjalan bisa lebih kreatif dan inovatif,” tandas Rulli.

Konsep Pelatihan ini jelas Rulli, lebih menitikberatkan pada aspek praktek lapangan. Selebihnya teori dari nara sumber dengan proporsi 70 : 30. “Kita tidak berhenti sampai di sini saja, tetapi ada keberlanjutan. Kami sudah ada sistem untuk monitoring pelatihan yang dilakukan oleh Sekretaris Deputi Bidang SDM,” tegasnya lagi.

Manfaat Pelatihan

Pelatihan tersebut dirasa sangat bermanfaat sekali. Paling tidak hal itu diakui Cocos Trisada. Ia mengaku merasakan manfaatkan mengikuti pelatihan yang dilakukan Kemenkop dan UKM. Berupa pelatihan pengenalan kewirausahaan, sosialisasi Lamikro (aplikasi pembukuan akuntansi melalui smartphone) dan sosialisasi fintech syariah. “Berkat adanyani karena fasilitasi dari Jementerian Koperasi dan UKM, saya mendapatkan hal yang baru dalam pelatihan ini, terutama ilmu yang diberikan dan nantinya bisa jadi acuan bagi saya maupun peserta mempunyai usaha untuk bisa berkembang dari sebelumnya,” ungkapnya semangat.

Masih dikatakan Cocos, sisi positif lain dari kegiatan tersebut adalah masalah permodalan, yang rata-rata jadi kendalan baginya. Kemudian ada solusi berupa kemudahan. Misalnya kata dia, ketika pelaku UKM dapat mengakses pinjaman modal tanpa jaminan melalui fintech syariah.

Cocos yang juga pelaku UKM bidang handicraft asal Purwokerto dan Ketua Bidang Pengembangan Forum UKM Banyumas Raya (Forumara). Ia bersama beberapa anggota forum, mengaku senang berkesempatan mengikuti pelatihan yang digelar pada 10-12 Juli 2019. Pelatihan peningkatan kualitas SDM pelaku usaha ini, kata dia sangat penting untuk dilakukan dalam upaya menghadapi era industri 4.0. Menurutnya era industri 4.0 harus dijadikan sebagai peluang emas untuk meningkatkan kinerja usaha para pelaku usaha Tanah Air.

Adapun Ershad (34) salah seorang peserta pameran Harkopnas Expo 2019, asal Desa Mijen Kecamatan Kebon Agung Demak, mengaku pernah mengikuti pelatihan Kemenkop dan UKM pada 2018. Pria usia 34 tahun ini yang juga pelaku UKM kerajinan logam. Tak memungkiri, peran Kemenkop dan UKM dalam membantu mempromosikan produknya. “Setelah kami mengikuti pelatihan tahun lalu, kami difasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM untuk mengikuti Harkopnas Expo 2019 di Banyumas ini. Karena itu saya ucapan terima kasih, kami sampaikan karena manfaat positif yang sudah dirasakan,” jelas Ershad.

Masih kata dia, usaha kerajinan logam di desanya sudah ditekuni 6 tahun terakhir. Diakui usahanya kian meningkat dengan omset rata-rata Rp 150 juta hingga Rp 300 juta setiap bulan. Hasil kerajinan yang memanfaatkan dari limbah elektronik ini tidak hanya digemari pasar domestik saja, tapi juga mancangera, seperti Suriname, Austria, Selandia Baru dan Hongkong. “Untuk kapasitas produksi bisa 12 ribu item per bulan, dengan omset yang lumayan. Sekarang kami merencanakan akan mengikuti pameran luar negeri,” pungkasnya.