Indonesia dalam beberapa tahun ke depan akan mampu melesat sebagai sebuah negara yang kekuatan ekonomi besar. Hal tersebut terkait momentum globalisasi ekonomi yang diikuti dengan revolusi industri 4.0 dan bonus demografi.

Untuk itu Indonesia perlu mempelihatkan potensi-potensi yang dimiliki, terutamanya dalam perspektif ekonomi yang melibatkan peran UMKM sebagai salah satu faktor penentu majunya perekonomian Indonesia.

Karenanya Indonesia harus fokus pada apa yang akan diangkat, guna mendongkrak ekspor langsung yang dilakukan oleh UKM. Dengan berkaca pada negara lain yang mampu melakukan pengembangan usaha fokus pada satu produk. Yakni para UKM harus terus didorong supaya menghasilkan produk-produk yang unik, spesifik dan kualitasnya berbeda dari yang lain. Dengan begitu akan dapat menyasar pasar tertentu khususnya di tingkat internasional.

Demikian disampaikan Deputi Produksi dan Pemasaran, Kementerian Koperasi dan UKM, Victoria Br. Simanungkalit, saat membuka secara resmi acara Training of Mentors ASEAN Mentorship for Entrepreneurs Network (AMEN) di Mercure Bandung City Center, Selasa, (27/3).

Ia menambahkan, untuk itu UKM juga harus didorong agar fokus pada pemanfaatan sumber daya unggulan lokal. Namun perlu adanya pendamping-pendamping yang handal untuk membantu mendapatkan nilai tambah produk, serta mengedukasi bagaimana UMKM bisa masuk pasar global. “Dengan demikian produk yang diekspor sudah memiliki nilai tambah dan tidak hanya berupa komoditas atau bahan baku,” jelas Victoria.

Adapun kegiatan Training of Mentors (TOM) dalam rangka Peningkatan Ekspor dan Internasionalisasi UKM. Pada kesempatan tersebut merupakan rangkaian kegiatan pelatihan mentor di kota ke 4 yang dilaksanakan pada 27-28 Maret 2019 di Bandung, sebelumnya sudah digelar di Kota Surabaya, Surakarta dan Makassar.

Terselenggaranya program tersebut atas sinergi Kemenkop dan UKM, DIrjen Beacukai, FTA Center Kementerian Perdagangan, serta Asosiasi Business Development Service Indonesia (ABDSI). TOM di Kota Bandung ini diikuti 50 peserta berasal dari 14 Kabupaten/Kota, dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Kalimantan Utara.

Berbagai background peserta meliputi ABDSI, Akademisi, Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT), Komunitas/asosiasi pendamping UKM, PNM, dan juga pelaku UKM itu sendiri. Kegiatan kali itu diarahkan pada pelatihan bisnis bagi pelaku usaha dan pendamping/konsultan UKM demi meningkatkan pemahaman dan keterampilan bisnis, mensosialisasikan Modul Kurikulum AMEN bagi pelaku usaha dan pendamping, atau konsultan UMKM agar mampu berdaya saing di tingkat ASEAN.

Termasuk pelatihan terkait ekspor dan pemanfaatan FTA bagi pendamping UKM dan pelaku UKM yang telah berorientasi ekspor, membentuk jaringan mentor UKM Indonesia yang berkualifikasi dan bersertifikasi dengan standar pelatihan mentor ASEAN.

“Ini upaya kami menginternasionalisasikan UKM di tengah tantangan pasar global, bagaimana menyasar ceruk pasar dengan fokus pada produk unggulan yang memiliki keunikan dan memiliki nilai jual tinggi,” ujar Victoria.

Menurut dia, permasalahan UKM ini umumnya tidak punya kemampuan market intelligence ke pasar yang dituju, tidak punya pengetahuan spesifikasi produk yang dibutuhkan pasar seperti apa, juga pengetahuan peraturan untuk masuk pasar, dan yang tidak kalah penting adalah pengetahuan pesaing bisnis.

“Untuk itu, kegiatan ini wujud bahwa pemerintah tidak hanya membina UKM dengan hal-hal yang sifatnya teori, sudah seharusnya ditambah pengetahuan lainnya, tinggal disini bagaimana membangun moral dan mental UKMnya,” tandasnya.

Victoria menambahkan pelatihan tersebut juga berisikan konten yang meliputi strategi UMKM Go Global melalui 3M AMEN, menggali peran Bea Cukai dalam mendukung ekspor UMKM, menggali peluang pasar global UMKM, tata cara mencari potensial buyer, hingga penyusunan rencana kerja, implementasi, pelaporan mentorship, dan mentoring Melalui Platform Layanan UKM Naik Kelas (LUNAS).

Intinya kegiatan ini imbuh dia, diharapkan mampu mendorong jiwa sociopreneur para pendamping UMKM untuk mengabdikan diri tanpa pamrih, namun dapat menggali potensi bisnis bersama-sama dengan pelaku UKM. “Dari kegiatan ini pula kita harapkan dapat mendorong UMKM untuk beradaptasi dengan industri 4.0, agar dapat bersaing di pasar global. Karena eranya era efisiensi, era kolaborasi, dan kualitas yang mana pemerintah harus menjalin kolaborasi yang efektif dengan berbagai stakeholder,” tandasnya lagi.

Masih kata Victoria, perlu forum sharing dan komunikasi untuk menjadi partner pemerintah dalam memberikan input berupa informasi agar kebijakan dan program yang digagas kedepan sesuai dengan apa yang dibutuhkan UMKM di lapangan.

Selain itu outcome dari AMEN ini ditargetkan adanya peningkatan UKM yang melakukan ekpor langsung dengan memanfaatkan fasilitasi pendampingan, pemanfaatan FTA Center hingga informasi Bea Cukai. Dampak jangka panjang, UKM ditargetkan mampu berkontribusi pada pada Global Value Chain.

“Dengan keterlibatan dari para konsultan dari PLUT dukungan Internasional Council for Small Business (ICSB) Indonesia, Bea Cukai, serta FTA Center Bandung diharapkan adanya keberlanjutan sinergitas yang aktif demi mewujudkan UMKM Go-Global,” pungkasnya.