Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengungkapkan bahwa setidaknya ada tiga permasalahan yang dihadapi pengusaha kecil dan menengah (UKM), yang menyebabkan mereka sulit untuk berkembang.
Para pengusaha kecil tersebut juga pada akhirnya sulit bersaing dengan pengusaha modern. Pertama, lokasi yang kurang nyaman dan dengan pengelolaan yang tradisional. Hal ini berbeda dengan toko ritel modern yang memiliki lokasi strategis dengan segala kenyamanan, dan teknologi mumpuni.

“Tempat kumuh, bau, tidak nyaman dengan pengelolaan tradisional yang tidak pernah kita bantu,” kata Enggartiasto di Gedung Kemendag, Jakarta, Kamis (2/11/2017).

Kedua, para pengusaha UKM tersebut membeli barang dengan harga yang jauh lebih mahal dibanding yang dibeli ritel modern. Ini disebabkan karena para pengusaha kecil cenderung membeli barang dalam jumlah yang lebih sedikit dan dengan kontrak jangka pendek.

“Dia membeli harga barang lebih mahal dibanding pasar ritel modern. Itu yang terjadi. Bagaimana dia bisa dapat margin yang cukup kalau dia dapatnya harga lebih mahal,” imbuhnya, seperti dilansir Sindonews.

Ketiga, politisi Partai Nasdem ini menyatakan bahwa para pengusaha UKM cenderung memiliki keterbatasan modal. Mereka harus membayar tunai untuk barang yang mereka beli dari distributor, karena para pengusaha kecil ini membeli barang dalam jumlah yang lebih sedikit.

Sementara ritel modern, kata Mendag, pembayaran bisa dilakukan dalam jangka waktu dua hingga tiga bulan. Karena, mereka membeli barang dalam volume yang lebih besar.

“Ketiga hal ini lah yang harus kita atasi persoalan. Salah satunya perbaikan revitalisasi pasar, dan seluruh ritel modern wajib lakukan itu. Mau syukur, enggak mau ya harus mau. Karena tidak bisa dibiarkan tanpa ada intervensi pemerintah,” tutur Enggar. (Yan)