Dalam perkembangan industri syariah global, Indonesia berada pada ranking 4 industri pariwisata halal. Ranking 2 untuk busana muslim dan ranking 10 untuk keuangan syariah. Namun untuk produk makanan halal, Indonesia belum masuk rangking 10 dunia. Angka itu masing-masing masih diduduki UEA, Malaysia, Brazil, Oman, Jordan, Australia, Brunei, Pakistan, Sudan, dan Qatar.

Demikian diungkapkan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, dalam acara International Halal & Thayyib Conference 2019 di Kampus Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, Rabu (27/11).

Di acara yang dibuka resmi Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin dan dihadiri Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa,

Menkop menambahkan, pihaknya akan menjalankan beberapa program strategis dalam pengembangan industri halal di Indonesia. Diantaranya akan melakukan perluasan pasar produk dan jasa dengan fokus pada sektor busana muslim. Selanjutnya, akselerasi pembiayaan dan investasi dengan fokus pada keuangan syariah. “Kita akan mendongkrak penyaluran dana bergulir dengan prinsip syariah melalui LPDB KUMKM, fasilitasi KSPPS untuk menjadi penyalur KUR, hingga fasilitasi KSPPS untuk menjadi penyalur kredit Ultra Mikro,” jelasnya.

Masih jelas Teten program strategis berikutnya memberikan kemudahan dan kesempatan berusaha. Antara lain dengan deregulasi, omnibus law, HAKI, kebijakan afirmasi untuk perpajakan, pengupahan, dan sertifikasi. “Di samping itu, kita akan memasukkan produk UMKM ke dalam e-katalog. Intinya, kita akan menerapkan pelayanan satu pintu,” tandas Teten.

Kemudian program peningkatan daya saing produk dan jasa dengan fokus halal food. Dalam hal ini, Kemenkop akan membuka konsultasi dan sosialisasi sertifikasi halal, hingga fasilitasi pendaftaran sertifikasi halal. Program lainnya, yakni pengembangan kapasitas manajemen SDM dengan fokus halal travel. “Kita akan mengembangkan wellness tourism berbasis inklusif business, peningkatan kapasitas usaha di bifang ecotourism, dan pengembangan SDM pengelola homestaya,” kata Menkop seraya berharap Pemda gencar membangun homestay agar pariwisata memiliki dampak langsung terhadap masyarakat.

Strategi pungkasan atau keenam adalah koordinasi lintas sektor. Dimana Kemenkop dan UKM akan terus menggaungkan strategi nasional pemberdayaan koperasi dan UMKM melalui kebijakan satu pintu.

Sementara itu, dalam sambutan pembukaannya, Wapres RI KH Ma’ruf Amin mengapresiasi acara semacam ini sebagai bentuk nyata, untuk mendukung pengembangan ekonomi syariah di Indonesia. “Acara seperti ini juga sangat penting untuk mempromosikan industri halal di Indonesia,” tandas Wapres.

Amin menambahkan, bahwa saat ini merupakan momentum yang baik dalam mengembangkan potensi produk halal yang dimiliki Indonesia. “Potensi pasar produk syariah di dunia terus meningkat. Dan terkait sertifikasi halal, Indonesia merupakan yang terbaik di dunia. Terlebih lagi, Universitas Brawijaya merupakan kampus pelopor pengembangan ekonomi syariah di Indonesia,” jelas Wapres lagi.

Center of Excellence

Adapun Rektor Universitas Brawijaya Prof Nuhfil Hanani menegaskan, pihaknya bertekad menjadikan studi halal menjadi Center of Excellence, pusat-pusat pertumbuhan studi tentang halal. Baik dari aspek material halal, teknologi yang berbasis proses produksi halal, gizi dan kesehatan, penguatan regulasi halal, pengembangan ekonomi halal yang didukung keuangan Islam, pariwisata dan media halal, pengembangan literasi dan penguatan masyarakat.

“Universitas Brawijaya juga bertekad untuk mempelopori penciptaan tenaga handal yang memiliki pengetahuan dan keterampilan memajukan industri halal dari jenjang S1. Juga menggalakkan forum-forum ilmiah yang mengkaji secara rutin perkembangan ekosistem halal. Salah satunya dengan mengadakan International Halal Festival setiap tahun,” tegasnya.

Masih kata Prof Nuhfil, keterkaitan ekonomi halal, industri halal, dan sistem keuangan Islam, menjadi faktor penentu bagi perkembangan ekosistem halal secara keseluruhan. “Kita mengakui bahwa kita cukup terlambat untuk memulai menekuni sektor ini. Bandingkan dengan negara jiran Malaysia yang lebih satu dasawarsa membangun kebijakan terpadu ekosistem halal. Negara menjadi faktor kunci di sini,” tegasnya lagi.

Dengan menghitung potensi pasar yang luar biasa, lanjut Prof Nuhfil, Indonesia adalah konsumen produk halal terbesar di dunia. Maka terjunnya Indonesia dalam pembangunan ekosistem halal akan memberikan perubahan yang sangat besar, bukan hanya bagi Indonesia, tetapi juga untuk dunia. “Ke depan, Indonesia tidak hanya dikenal sebagai konsumen terbesar, tetapi juga produsen terbesar produk halal dunia,” pungkas Prof Nuhfil